belajar karate yuk!!

MENGENAL KARATE LEBIH JAUH
KARATE
Karate adalah seni bela diri yang berasal dari Jepang. Seni bela diri karate dibawa masuk
ke Jepang lewat Okinawa. Seni bela diri ini pertama kali disebut “Tote” yang berarti
seperti “Tangan China”. Waktu karate masuk ke Jepang, nasionalisme Jepang pada saat
itu sedang tinggi-tingginya, sehingga  Gichin Funakoshi-sama mengubah kanji
Okinawa (Tote: Tangan China) dalam kanji Jepang menjadi ‘karate’ (Tangan Kosong)
agar lebih mudah diterima oleh masyarakat Jepang. Karate terdiri dari atas dua kanji.
Yang pertama adalah ‘Kara’ ? yang dapat berarti ‘kosong’. Dan yang kedua, ‘te’ ?, yang berarti
‘tangan’. Yang dua kanji bersama artinya “tangan kosong” ??.
Menurut Japan Karatedo Federation (JKF) [1] dan World Karatedo Federation
(WKF), yang dianggap sebagai gaya karate yang utama yaitu:
1. Shotokan
2. Goju-Ryu
3. Shito-Ryu
4. Wado-Ryu
Keempat aliran tersebut diakui sebagai gaya Karate yang utama karena turut serta dalam
pembentukan Zen-Nippon Karatedo Renmei/Japan Karatedo Federation [2] dan World
Karatedo Federation.
Namun gaya karate yang terkemuka di dunia bukan hanya empat gaya diatas itu saja.
Beberapa aliran besar seperti Kyokushin Karate , Shorin-ryu Karate dan Uechi-ryu
Karate tersebar luas ke berbagai negara di dunia dan dikenal sebagai aliran Karate yang
termasyhur, walaupun tidak termasuk dalam “4 besar WKF”.
Di negara Jepang, organisasi yang mewadahi olahraga Karate seluruh Jepang adalah
Japan Karatedo Federation (JKF). Adapun organisasi yang mewadahi Karate seluruh
dunia adalah WKF (World Karate Federation), (dulu dikenal dengan nama WUKO -
World Union of Karatedo Organizations). Ada pula ITKF (International Traditional
Karate Federation) yang mewadahi karate tradisional. Adapun fungsi dari JKF dan WKF
adalah terutama untuk meneguhkan Sport Karate yang bersifat Non-Contact, berbeda
dengan aliran Kyokushin atau Daidojuku yang Full Contact.
Latihan dasar karate terbagi tiga seperti berikut:
1. Kihon, yaitu latihan teknik-teknik dasar karate seperti teknik memukul,
menendang dan menangkis.
2. Kata, yaitu latihan jurus atau bunga karate.
3. Kumite, yaitu latihan tanding atau sparring.
Pada zaman sekarang karate juga dapat dibagi menjadi aliran tradisional dan aliran olah
raga. Aliran tradisional lebih menekankan aspek bela diri dan teknik tempur sementara
aliran olah raga lebih menumpukan teknik-teknik untuk pertandingan olah raga.
Daftar isi
* 1 Teknik Karate
o 1.1 Kihon
o 1.2 Kata
o 1.3 Kumite
* 2 Pertandingan Karate
o 2.1 Kumite
o 2.2 Kata
o 2.3 Luas Lapangan
* 3 Peralatan Di Dalam Pertandingan Karate
* 4 Sejarah Karate di Indonesia
* 5 Falsafah Karate
* 6 Deskripsi singkat berbagai aliran Karate
* 7 Pranala luar
Teknik Karate
Teknik Karate terbagi menjadi tiga bagian utama : Kihon (teknik dasar), Kata(jurus) dan
Kumite (pertarungan). Murid tingkat lanjut juga diajarkan untuk menggunakan senjata
seperti tongkat (bo) dan ruyung (nunchaku).
Kihon
Kihon secara harfiah berarti dasar atau fondasi. Praktisi Karate harus menguasai Kihon
dengan baik sebelum mempelajari Kata dan Kumite.
Pelatihan Kihon dimulai dari mempelajari pukulan dan tendangan (sabuk putih) dan
bantingan (sabuk coklat). Pada tahap DAN atau Sabuk Hitam, siswa dianggap sudah
menguasai seluruh kihon dengan baik.
Kata
Kata secara harfiah berarti bentuk atau pola. Kata dalam karate tidak hanya merupakan
latihan fisik atau aerobik biasa. Tapi juga mengandung pelajaran tentang prinsip
bertarung. Setiap Kata memiliki ritme gerakan dan pernapasan yang berbeda.
Dalam Kata ada yang dinamakan Bunkai. Bunkai adalah aplikasi yang dapat digunakan
dari gerakan-gerakan dasar Kata.
Setiap aliran memiliki perbedaan gerak dan nama yang berbeda untuk tiap Kata. Sebagai
contoh : Kata Tekki di aliran Shotokan dikenal dengan nama Naihanchi di aliran Shito
Ryu. Sebagai akibatnya Bunkai (aplikasi kata) tiap aliran juga berbeda.
Kumite
Kumite  secara harfiah berarti “pertemuan tangan”. Kumite dilakukan oleh murid-murid
tingkat lanjut (sabuk biru atau lebih). Tetapi sekarang, ada dojo yang mengajarkan kumite
pada murid tingkat pemula (sabuk kuning). Sebelum melakukan kumite bebas (jiyu
Kumite) praktisi mempelajari kumite yang diatur (go hon kumite) atau (yakusoku
kumite). Untuk kumite aliran olahraga, lebih dikenal dengan Kumite Shiai atau Kumite
Pertandingan.
Untuk aliran Shotokan di Jepang, kumite hanya dilakukan oleh siswa yang sudah
mencapai tingkat dan (sabuk hitam). Praktisi diharuskan untuk dapat menjaga
pukulannya supaya tidak mencederai kawan bertanding.
Untuk aliran full body contact seperti Kyokushin, praktisi Karate sudah dibiasakan untuk
melakukan kumite sejak sabuk biru strip. Praktisi Kyokushin diperkenankan untuk
melancarkan tendangan dan pukulan sekuat tenaganya ke arah lawan bertanding.
Untuk aliran kombinasi seperti Wado-ryu, yang tekniknya terdiri atas kombinasi Karate
dan Jujutsu, maka Kumite dibagi menjadi dua macam, yaitu Kumite untuk persiapan
Shiai, dimana yang dilatih hanya teknik-teknik yang diperbolehkan dalam pertandingan,
dan Goshinjutsu Kumite atau Kumite untuk beladiri, dimana semua teknik dipergunakan,
termasuk jurus-jurus Jujutsu seperti bantingan, kuncian dan menyerang titik vital.
Pertandingan Karate
Cara bermain
Pertandingan karate dibagi atas dua jenis yaitu :
1. Kumite (perkelahian) putera dan puteri
2. Kata (jurus) putera dan puteri
Kumite
Kumite dibagi atas kumite perorangan dengan pembagian kelas berdasarkan berat badan
dan kumite beregu tanpa pembagian kelas berat badan (khusus untuk putera). Sistem
pertandingan yang dipakai adalah reperchance (WUKO) atau babak kesempatan kembali
kepada atlet yang pernah dikalahkan oleh sang juara. Pertandingan dilakukan dalam satu
babak (2-3 menit bersih) dan 1 babak perpanjangan kalau terjadi seri, kecuali dalam
pertandingan beregu tidak ada waktu perpanjangan. Dan jika masih pada babak
perpanjangan masih mengalami nilai seri, maka akan diadakan pemilihan karateka yang
paling ofensif dan agresif sebagai pemenang.
Kata
Pada pertandingan kata yang diperagakan adalah keindahan gerak dari jurus, baik untuk
putera maupun puteri. Sesuai dengan kata pilihan atau kata wajib dalam peraturan
pertandingan.
Para peserta harus memperagakan kata wajib. Bila lulus, peserta akan mengikuti babak
selanjutnya dimana dia dapat memperagakan kata pilhan.
Pertandingan dibagi menjadi dua jenis: Kata perorangan dan Kata beregu. Kata beregu
dilakukan oleh 3 orang. Setelah melakukan peragaan kata, para peserta diharuskan
memperagakan aplikasi dari Kata (bunkai). Kata beregu dinilai lebih prestisius karena
lebih indah dan lebih susah untuk dilatih.
Menurut standar JKF dan WKF, yang diakui sebagai Kata Wajib adalah hanya 8 Kata
yang berasal dari perguruan 4 Besar JKF, yaitu Shotokan, Wado-ryu, Goju-ryu and Shito-
ryu, dengan perincian sebagai berikut:
Shotokan : Kankudai dan Jion.
Wado-ryu : Seishan dan Chinto.
Goju-ryu : Saifa dan Seipai.
Shito-ryu: Seienchin dan Bassaidai.
Karateka dari aliran selain 4 besar tidak dilarang untuk ikut pertandingan Kata JKF dan
WKF, hanya saja mereka harus memainkan Kata sebagaimana dimainkan oleh perguruan
4 besar diatas.
Luas Lapangan
* Lantai seluas 8 x 8 meter, beralas papan atau matras di atas panggung dengan
ketinggian 1 meter dan ditambah daerah pengaman berukuran 2 meter pada tiap sisi.
* Arena pertandingan harus rata dan terhindar dari kemungkinan menimbulkan bahaya.
Pada Kumite Shiai yang biasa digunakan oleh FORKI yang mengacu peraturan dari
WKF, idealnya adalah menggunakan matras dengan lebar 10 x 10 meter. Matras tersebut
dibagi kedalam tiga warna yaitu putih, merah dan biru. Matras yang paling luar adalah
batas jogai dimana karate-ka yang sedang bertanding tidak boleh menyentuh batas
tersebut atau akan dikenakan pelanggaran. Batas yang kedua lebih dalam dari batas jogai
adalah batas peringatan, sehingga karate-ka yang sedang bertanding dapat memprediksi ruang arena dia bertanding. Sisa ruang lingkup matras yang paling dalam dan paling
banyak dengan warna putih adalah arena bertanding efektif.
Peralatan Di Dalam Pertandingan Karate
Peralatan yang diperlukan dalam pertandingan Karate
1. Pakaian Karate (karategi) untuk kontestan
2. Hand Protector (pelindung tangan)
3. Shin Guard (pelindung kaki)
4. Obi (ikat pinggang) untuk kedua kontestan berwarna merah/aka dan biru/ao
5. Alat-alat lain yang diperbolehkan tapi bukan menjadi keharusan adalah:
* Gum Shield (di beberapa pertandingan menjadi keharusan)
* Body Protector untuk kontestan putri
* Groin Protector untuk kontestan putera
5. Pluit untuk arbitrator/alat tulis
6. Seragam wasit/juri
* Baju putih
* Celana abu-abu
* Dasi merah
* Sepatu karet hitam tanpa sol
7. Scoring board
8. Administrasi pertandingan
9. Lampu merah, hijau, kuning sebagai tanda waktu pertandingan dengan pencatat
waktu (stop watch).
Tambahan: Khusus untuk Kyokushin, pelindung yang dipakai hanyalah groin protector
untuk kontestan putra. Sedangkan pelindung yang lain tidak diperkenankan.
Sejarah Karate di Indonesia
Di tahun 1964, kembalilah ke tanah air salah seorang mahasiswa Indonesia yang telah
menyelesaikan kuliahnya bernama Drs. Baud A.D. Adikusumo(Alm). Beliau adalah
seorang karateka yang mendapatkan sabuk hitam dari M. Nakayama, JKA Shotokan. Ia
mulai mengajarkan karate. Melihat banyaknya peminat yang ingin belajar karate, dia
mendirikan PORKI (Persatuan Olahraga Karate-Do Indonesia) yang merupakan cikal
bakal FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia). Sehingga beliau tercatat sebagai
pelopor seni beladiri Karate di Indonesia.Dan beliau juga pendiri Indonesia Karate-DO
(INKADO)
Setelah beliau, tercatat nama putra-putra bangsa Indonesia yang ikut berjasa
mengembangkan berbagai aliran Karate di Indonesia, antara lain Bp. Sabeth Mukhsin dari aliran Shotokan, pendiri Institut Karate-Do Indonesia (INKAI) dan Federasi Karate
Tradisional Indonesia (FKTI), dan juga dari aliran Shotokan adalah Anton Lesiangi
(pendiri Lembaga Karate-Do Indonesia/LEMKARI, yang pada dekade 2005 karena
urusan internal banyak anggota Lemkari yang keluar dan dipecat yang kemudian
mendirikan INKANAS (Institut Karate-do Nasional) yang merupakan peleburan dari
perguruan MKC (Medan Karate club). Kabarnya, perguruan ini sekarang menjadi besar
dan maju, tidak kalah dengan LEMKARI.
Aliran Shotokan adalah yang paling populer di Indonesia. Selain Shotokan, Indonesia
juga memiliki perguruan-perguruan dari aliran lain yaitu Wado dibawah asuhan Wado-
ryu Karate-Do Indonesia (WADOKAI) yang didirikan oleh Bp. C.A. Taman dan
Kushin-ryu Matsuzaki Karate-Do Indonesia (KKI) yang didirikan oleh Matsuzaki
Horyu. Selain itu juga dikenal Bp. Setyo Haryono dan beberapa tokoh lainnya
membawa aliran Goju-ryu, Bp. Nardi T. Nirwanto dengan beberapa tokoh lainnya
membawa aliran Kyokushin. Aliran Shito-ryu juga tumbuh di Indonesia dibawah
perguruan GABDIKA Shitoryu (dengan tokohnya Dr. Markus Basuki) dan
SHINDOKA (dengan tokohnya Bp. Bert Lengkong). Selain aliran-aliran yang
bersumber dari Jepang diatas, ada juga beberapa aliran Karate di Indonesia yang
dikembangkan oleh putra-putra bangsa Indonesia sendiri, sehingga menjadi independen
dan tidak terikat dengan aturan dari Hombu Dojo (Dojo Pusat) di negeri Jepang.
Pada tahun 1972, 25 perguruan Karate di Indonesia, baik yang berasal dari Jepang
maupun yang dikembangkan di Indonesia sendiri (independen), setuju untuk bergabung
dengan FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia), yang sekarang menjadi
perwakilan WKF (World Karate Federation) untuk Indonesia. Dibawah bimbingan
FORKI, para Karateka Indonesia dapat berlaga di forum Internasional terutama yang
disponsori oleh WKF.
Falsafah Karate
1. Rakka (Bunga yang berguguran) Ia adalah konsep bela diri atau pertahanan di dalam
karate. Ia bermaksud setiap teknik pertahanan itu perlu dilakukan dengan bertenaga dan
mantap agar dengan menggunakan satu teknik pun sudah cukup untuk membela diri
sehingga diumpamakan jika teknik itu dilakukan ke atas pokok, maka semua bunga dari
pokok tersebut akan jatuh berguguran. Contohnya jika ada orang menyerang dengan
menumbuk muka, si pengamal karate boleh menggunakan teknik menangkis atas.
Sekiranya tangkisan atas itu cukup kuat dan mantap, ia boleh mematahkan tangan yang
menumbuk itu. Dengan itu tidak perlu lagi membuat serangan susulan pun sudah cukup
untuk membela diri.
2. Mizu No Kokoro (Minda itu seperti air) Konsep ini bermaksud bahwa untuk tujuan
bela diri, minda (pikiran) perlulah dijaga dan dilatih agar selalu tenang. Apabila minda
tenang, maka mudah untuk pengamal bela diri untuk mengelak atau menangkis serangan.
Minda itu seumpama air di danau. Bila bulan mengambang, kita akan dapat melihat
bayangan bulan dengan terang di danau yang tenang. Sekiranya dilontar batu kecil ke
danautersebut, bayangan bulan di danau itu akan kabur.
Deskripsi singkat berbagai aliran Karate
Seperti telah disinggung diatas, ada banyak aliran Karate di Jepang, dan sebagian dari
aliran-aliran tersebut sudah masuk ke Indonesia.
Adapun ciri khas dan latar belakang dari berbagai aliran Karate yang termasuk dalam “4
besar JKF” adalah sebagai berikut:
1. Shotokan
Shoto adalah nama pena Gichin Funakoshi, Kan dapat diartikan sebagai
gedung/bangunan – sehingga shotokan dapat diterjemahkan sebagai Perguruan
Funakoshi. Gichin Funakoshi merupakan pelopor yang membawa ilmu karate dari
Okinawa ke Jepang. Aliran Shotokan merupakan akumulasi dan standardisasi dari
berbagai perguruan karate di Okinawa yang pernah dipelajari oleh Funakoshi. Berpegang
pada konsep Ichigeki Hissatsu, yaitu satu gerakan dapat membunuh lawan. Shotokan
menggunakan kuda-kuda yang rendah serta pukulan dan tangkisan yang keras. Gerakan
Shotokan cenderung linear/frontal, sehingga praktisi Shotokan berani langsung beradu
pukulan dan tangkisan dengan lawan.
2. Goju-ryu
Goju memiliki arti keras-lembut. Aliran ini memadukan teknik keras dan teknik lembut,
dan merupakan salah satu perguruan karate tradisional di Okinawa yang memiliki sejarah
yang panjang. Dengan meningkatnya popularitas Karate di Jepang (setelah masuknya
Shotokan ke Jepang), aliran Goju ini dibawa ke Jepang oleh Chojun Miyagi. Miyagi
memperbarui banyak teknik-teknik aliran ini menjadi aliran Goju-ryu yang sekarang,
sehingga banyak orang yang menganggap Chojun Miyagi sebagai pendiri Goju-ryu.
Berpegang pada konsep bahwa “dalam pertarungan yang sesungguhnya, kita harus bisa
menerima dan membalas pukulan”. Sehinga Goju-ryu menekankan pada latihan
SANCHIN atau pernapasan dasar, agar para praktisinya dapat memberikan pukulan yang
dahsyat dan menerima pukulan dari lawan tanpa terluka. Goju-ryu menggunakan
tangkisan yang bersifat circular serta senang melakukan pertarungan jarak rapat.
3. Shito-ryu
Aliran Shito-ryu terkenal dengan keahlian bermain KATA, terbukti dari banyaknya
KATA yang diajarkan di aliran Shito-ryu, yaitu ada 30 sampai 40 KATA, lebih banyak
dari aliran lain. Namun yang tercatat di soke/di Jepang ada 111 kata beserta bunkainya.
Sebagai perbandingan, Shotokan memiliki 25, Wado memiliki 17, Goju memiliki 12
KATA. Dalam pertarungan, ahli Karate Shito-ryu dapat menyesuaikan diri dengan
kondisi, mereka bisa bertarung seperti Shotokan secara frontal, maupun dengan jarak
rapat seperti Goju.
4. Wado-ryu
Wado-ryu adalah aliran Karate yang unik karena berakar pada seni beladiri Shindo
Yoshin-ryu Jujutsu, sebuah aliran beladiri Jepang yang memiliki teknik kuncian
persendian dan lemparan. Sehingga Wado-ryu selain mengajarkan teknik Karate juga
mengajarkan teknik kuncian persendian dan lemparan/bantingan Jujutsu. DIdalam
pertarungan, ahli Wado-ryu menggunakan prinsip Jujutsu yaitu tidak mau mengadu
tenaga secara frontal, lebih banyak menggunakan tangkisan yang bersifat mengalir
(bukan tangkisan keras), dan terkadang menggunakan teknik Jujutsu seperti bantingan
dan sapuan kaki untuk menjatuhkan lawan. Akan tetapi, dalam pertandingan FORKI dan
JKF, para praktisi Wado-ryu juga mampu menyesuaikan diri dengan peraturan yang ada
dan bertanding tanpa menggunakan jurus-jurus Jujutsu tersebut.
Sedangkan aliran Karate lain yang besar walaupun tidak termasuk dalam “4 besar JKF”
antara lain adalah:
1. Kyokushin
Kyokushin tidak termasuk dalam 4 besar Japan Karatedo Federation. Akan tetapi, aliran
ini sangat terkenal baik didalam maupun diluar Jepang, serta turut berjasa
mempopulerkan Karate di seluruh dunia, terutama pada tahun 1970an. Aliran ini
didirikan oleh Sosai Masutatsu Oyama. Nama Kyokushin mempunyai arti kebenaran
tertinggi. Aliran ini menganut sistem Budo Karate, dimana praktisi-praktisinya dituntut
untuk berani melakukan full-contact kumite, yakni tanpa pelindung, untuk mendalami arti
yang sebenarnya dari seni bela diri karate serta melatih jiwa/semangat keprajuritan
(budo). Aliran ini juga menerapkan hyakunin kumite (kumite 100 orang) sebagai ujian
tertinggi, dimana karateka diuji melakukan 100 kumite berturut-turut tanpa kalah. Sosai
Oyama sendiri telah melakukan kumite 300 orang. Adalah umum bagi praktisi aliran ini
untuk melakukan 5-10 kumite berturut-turut.
2. Shorin-ryu [3]
Aliran ini adalah aliran Karate yang asli berasal dari Okinawa. Didirikan oleh Shoshin
Nagamine yang didasarkan pada ajaran Yasutsune Anko Itosu, seorang guru Karate abad
ke 19 yang juga adalah guru dari Gichin Funakoshi, pendiri Shotokan Karate. Dapat
dimaklumi bahwa gerakan Shorin-ryu banyak persamaannya dengan Shotokan.
Perbedaan yang mencolok adalah bahwa Shorin-ryu juga mengajarkan bermacam-macam
senjata, seperti Nunchaku, Kama dan Rokushaku Bo.
3. Uechi-ryu [4]
Aliran ini adalah aliran Karate yang paling banyak menerima pengaruh dari beladiri
China, karena pencipta aliran ini, Kanbun Uechi, belajar beladiri langsung di provinsi
Fujian di China. Oleh karena itu, gerakan dari aliran Uechi-ryu Karate sangat mirip
dengan Kungfu aliran Fujian, terutama aliran Baihequan (Bangau Putih).
kalau mau belajar ada buku panduan tentang Karate aliran Shotokan.Di buku ini lumayan lengkap,ada sekitar 27 jurus di dalamnya dijelaskan secara  step by step,mulai dari jurus dasar (Taikyoku Shodan (Nr.1)) sampai Zusatz.